BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang telah berkormus (mempunyai akar, batang, dan daun). Tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana. Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (zaman karbon) hutan paku raksasa mendominasi permukaan bumi. Beberapa jenis tumbuhan paku dapat diamanfaatkan bagi kepentingan manusia. Jenis tumbuhan paku yang dapat dimanfaatkan yaitu semanggi (Marsilea crenata) dimakan sebagai sayur, paku rane (Selaginella plana) sebagai obat untuk menyembuhkan luka, Paku sawah (Azolla pinnata) sebagai pupuk hijau tanaman padi di sawah, suplir (Adiantum cuneatum) dan paku rusa (Platycerium bifurcatum) sebagai tanaman hias.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana ciri-ciri tumbuhan paku?
Bagaimana struktur tubuh/morfologi tumbuhan paku?
Bagaimana habitat tumbuhan paku?
Bagaimana reproduksi tumbuhan paku?
Bagaimana peranan tumbuhan paku dalam kehidupan?
Bagaimana klasifikasi tumbuhan paku?
3. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui ciri-ciri tumbuhan paku
2. untuk mengetahui morfologi tumbuhan paku
3. untuk mengetahui habitat tumbuhan paku
4. untuk mengetahui reproduksi tumbuhan paku
5. untuk mengetahui peranan tumbuhan paku dalam kehidupan
6. untuk mengetahui klasifikasi tumbuhan paku
4. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini langkah-langkah yang kami lakukan yaitu :
1. Mencari sumber buku yang berhubungan dengan judul makalah maupun buku yang sifatnya hanya sebagai penuntun dalam mengklasifikasikan,
2. Sumber Internet,
3. Setelah terkumpul lalu dibaca dan dipilih bahan yamg sesuai dengan judul makalah.
BAB II
DIVISI Pteridophyta
Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang telah berkormus (mempunyai akar, batang, dan daun). Tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana. Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (zaman karbon) hutan paku raksasa mendominasi permukaan bumi.
1. Ciri-ciri Tumbuhan paku
Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
b. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
c. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
d. Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
e. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
f. Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
g. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fasegametofitnya.
h. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
g. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fasegametofitnya.
h. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Semua anggota divisi Pteridophyta memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiselular yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar, dan yang paling penting adalah system transpor internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. System transpor ini sama baiknya seperti pengorganisasian transpor air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
a. Struktur tubuh
Tumbuhan paku memiliki bagian-bagian sebagai berikut.
1. Akar
Akar bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel-sel yang dapat dibedakan dengan sel-sel akarnya sendiri.
Pada titik tumbuh akar terdapat sebuah sel puncak berbentuk bidang empat yang membelah ke empat arah menurut bidang sisinya. Sel-sel yang dibentuk kearah luar akan menjadi kaliptra, sedangkan ke tiga arah lainnya akan menjadi sel-sel akar. Sel-sel akar akan membentuk epidermis (kulit luar), korteks (kulit dalam), dan silinder pusat. Pada silinder pusat terdapat pembuluh angkut (floem dan xylem) yang bertipe konsentris, yaitu xylem berada di tengah di kelilingi oleh floem.
2. Batang
Batang pada sebagian besar jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul di atas permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m. Akan tetapi, ada batang beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon/paku tiang yang dapat mencapai 5 m dan kadang-kadang bercabang, misalnya: Alsophila dan Cyathea.
3. Daun
Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Berdasarkan bentuk, ukuran, dan susunannya, daun paku dibedakan menjadi dua :
a. Mikrofil : daun ini berbentuk kecil-kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak dapat di bedakan antara epidermis, daging daun, dan tulang daun.
b. Makrofil : makrofil merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun, serta bercabang-cabang. Sel-sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun). Penguapan pada paku tidak hanya melalui stomata saja, melainkan juga melalui dinding sel epidermis yang berkutikula tipis. Ditinjau dari fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan atas:
a. Tropofil
Tropofil merupakan daun yang khusus untuk fotosintesis.
b. Sporofil
Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat melakukan fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil.
Spora paku dibentuk di dalam kotak spora (sporangium). Pada jenis paku yang berlainan, sporangium memiliki bentuk, ukuran, dan susunan yang berbeda. Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus terdapat dibagian permukaan bawah daun dengan susunan yang beraneka ragam, misalnya: berjajar disepanjang tepi daun, sejajar tulang daun, zig zag, tersebar merata membentuk noktah, atau menutup permukaan bawah daun. Sorus muda seringkali dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Ada tidaknya indusium merupakan ciri khas yang sering dipakai dalam klasifikasi tumbuhan paku.
Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga golongan:
a. Paku homospora (isospora): kelompok paku ini menghasilkan satu jenis spora, misalnya Lycopodium (paku kawat).
b. Paku heterospora: paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan; yaitu mikrospora berkelamin jantan dan makrospora (megaspore) berkelamin betina, misalnya: Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane).
c. Paku peralihan: paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya; satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
b. Habitat
Habitat tumbuhan paku adalah didarat, terutama pada lapisan bawah di dataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 m di atas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain.
c. Reproduksi
Reproduksi tumbuhan paku dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora.
Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametangium). Gametangium jantan (anteridium) menghasilkan spermatozoid dan gametangium betina menghasilkan sel telur (ovum). Tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan). Metagenesis ini dibedakan antara paku homospora dengan paku heterospora.
Metagenesis atau Pergiliran Keturunan Paku
d. Peranan tumbuhan paku dalam kehidupan
Beberapa jenis tumbuhan paku bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dibawah ini contoh pemanfaatan tumbuhan paku oleh manusia.
a. Dipelihara sebagai tanaman hias, misalnya: paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium sp.), suplir (Adiantum sp.), dan paku rane (Selaginella sp.).
b. Penghasil bahan obat-obatan, misalnya: Aspidium sp., Dryopteris filix mas, dan Lycopodium clavatum.
c. Sebagai sayuran, misalnya: semanggi (Marsilea crenata) dan Pteridium aquilium.
d. Sebagai bahan pupuk hijau, misalnya: Azolla pinnata; paku ini bersimbiosis dengan ganggang hijau-biru Anabaena azollae dalam memfiksasi nitrogen bebas.
e. Sebagai salah satu bahan dalam membuat karangan bunga, misalnya Lycopodium cernuum.
2. Klasifikasi
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Paku Homospora,
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium)
- Paku Heterospora
Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda ukuran. Spora yang besar disebut makrospora (gamet betina) sedangkan spora yang kecil disebut mikrospora (gamet jantan). Contohnya adalah paku rane (Selaginella) dan Semanggi (Marsilea).
- Paku Peralihan
Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui gamet jantan dan betinanya. Contoh tumbuhan paku peralihan adalah paku ekor kuda (Equisetum)
Berdasarkan ciri tubuhnya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat subdivisi, yaitu paku purba (Psilopsida), paku kawat (Lycopsida), Paku ekor kuda (Sphenopsida), dan paku sejati (Pteropsida).
- Paku Purba (Psilopsida)
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati.
Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).
- Paku Kawat (Lycopsida)
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina.
Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.
- Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.
- Paku Sejati (Pteropsida)
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.
Spesies-spesies Pteridophyta yaitu:
a. Paku rasam
Nama umum
Indonesia:
|
Paku rasam, reusam, paku rotan, paku resam
|
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Gleicheniopsida
Sub Kelas: Gleicheniatae
Ordo: Gleicheniales
Famili: Gleicheniaceae
Genus: Gleichenia
Spesies: Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B
b. Paku Kawat
Nama umum
Nama umum
Indonesia:
|
Paku kawat, paku tali, hata kecil (Sunda)
|
Paku Kawat
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Schizaeatae
Ordo: Schizaeales
Famili: Lygodiaceae
Genus: Lygodium
Spesies: Lygodium scandens (L.) Sw
Kerabat DekatKapai Besar, Paku Hata, Paku Kembang
c. Paku Suplir
Nama umum
Indonesia:
|
Paku suplir, suplir
|
Inggris:
|
Maidenhair ferm, venushair fern
|
Pilipina:
|
Alambrillo
|
Paku Suplir
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Adiantaceae
Genus: Adiantum
Spesies: Adiantum capillus-veneris L.
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Kerabat Dekat
Paku Kelor, Suplir Gung, Suplir Dolar, Suplir Asam, Suplir Melati, Suplir Rumpun, Suplir Kedondong, Suplir Himalaya.
Paku Kelor, Suplir Gung, Suplir Dolar, Suplir Asam, Suplir Melati, Suplir Rumpun, Suplir Kedondong, Suplir Himalaya.
d. Paku ekor kuda
|
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang umumnya herba kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti “kuda” dan setum yang berarti “rambut tebal” dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika. Di kawasan Malesia (Indonesia termasuk di dalamnya) hanya dijumpai satu spesies saja, E. debile Roxb. (Melayu: rumput betung, Sunda: “tataropongan”, Jawa: “petongan”). Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah ekor kuda merupakan divisio tersendiri, Equisetophyta (atau Sphenophyta), atau suatu kelas dari Pteridophyta, Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil analisis molekular menunjukkan kedekatan hubungan dengan Marattiopsida.
Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum).
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E. debile.
Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di taxobox).
Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat “rambut” yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.
Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah. Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada deposit batu bara. Batu bara dianggap sebagai sisa-sisa serasah dari hutan purba ini yang telah membatu.
e. Paku sarang burung
Nama umum
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan) Kelas: Pteridopsida Sub Kelas: Polypoditae Ordo: Polypodiales Famili: Aspleniaceae Genus: Asplenium Spesies: Asplenium nidus Linn.
Paku sarang burung (Asplenium nidus, syn.: A. ficifolium Goldm., Thamnopteris nidus (L.) C. Presl., Neottopteris rigida Feé) merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Walaupun dalam artikel ini paku sarang burung disamakan dengan A. nidus hasil penelitian terakhir menunjukkan kemungkinan revisi, bahwa paku sarang burung mencakup beberapa jenis berkerabat dekat namun berbeda. [1] [2] A. australasiaticum juga sering dianggap sebagai paku sarang burung.
Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam “sarang” yang menumpang pada cabang-cabang pohon. “Sarang” ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.
Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana saja asalkan terdapat bahan organik yang menyediakan hara. Karena merupakan tumbuhan bawah tajuk, ia menyukai naungan.
Di Hong Kong, jenis ini dilindungi oleh undang-undang.
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
Kerabat DekatPaku Pandan, Paku Alai, Paku Tamaga
| ||||||||||||||||||||||||||||||||
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang telah berkormus (mempunyai akar, batang, dan daun). Tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana. Semua anggota divisi Pteridophyta memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiselular yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar, dan yang paling penting adalah system transpor internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. System transpor ini sama baiknya seperti pengorganisasian transpor air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
Habitat tumbuhan paku adalah didarat, terutama pada lapisan bawah di dataran rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 m di atas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain.
Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga golongan:
Paku homospora (isospora): kelompok paku ini menghasilkan satu jenis spora, misalnya Lycopodium (paku kawat).
Paku heterospora: paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan; yaitu mikrospora berkelamin jantan dan makrospora (megaspore) berkelamin betina, misalnya: Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane).
Paku peralihan: paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya; satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
2. Saran
Apabila mempunyai saran yang bersifat dapat membangun, kami harapkan supaya diberikan kepada kami supaya mutu pendidikan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi,D.A,Dra,Maryati,Sri,Dra,Srikini,Dra,Suharno,Drs,S,Bambang,Drs,2004. Buku Penuntun Biologi SMA untuk kelas X.Jakarta:Erlangga
http://www.plantamor.com/index.php?plant=38

Tidak ada komentar:
Posting Komentar